Setiap orangtua pasti berharap mampu memenuhi segala kebutuhan
anak-anaknya. Menurut survei yang dilakukan oleh Oreo dan perusahaan
riset pasar Ipsos, sekitar 83 persen orangtua di dunia harus bekerja
keras untuk mengupayakan yang terbaik untuk masa depan anak-anak. Sayangnya, banyak dari mereka yang lebih fokus untuk mencukupi
kebutuhan materi dibandingkan dengan memenuhi kebutuhan afeksi
anak-anaknya.
Salah satu jawaban orangtua untuk mengatasi
kurangnya waktu untuk berkomunikasi dengan anak adalah melalui
teknologi. Teknologi memang memungkinkan orangtua dan anak
berkomunikasi setiap saat. Namun hal ini menimbulkan fakta mengejutkan,
dimana lebih dari seperempat persentase orangtua di dunia ternyata
lebih banyak berkomunikasi melalui teknologi dibandingkan secara
langsung.
Secanggih apapun teknologi, sebenarnya tetap tak mampu
menggantikan perhatian orangtua secara langsung. Memberikan
"kenyamanan" dan perhatian melalui teknologi ternyata bisa berakibat
buruk bagi keutuhan keluarga. Sebab, kebiasaan untuk menggunakan
teknologi seringkali tetap berlanjut saat berkumpul bersama keluarga.
"Misalnya ketika sedang berada di meja makan, masing-masing akan sibuk
dengan gadget mereka, dan tidak berinteraksi satu sama lain,"
ujar Anna Surti Ariani, SPsi, Msi, dalam diskusi yang digelar Oreo di
Graha Inti Fauzi, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kesalahan lain yang terjadi kemudian, orangtua cenderung "menyogok" anak dengan gadget agar tidak rewel ketika ditinggal bekerja. Akibatnya anak lebih kenal pada gadget
ketimbang perhatian orangtua secara langsung. Jika hal ini dibiarkan
terus-menerus, orangtua akan kehilangan anak-anak mereka, sementara
anak-anak akan menjadi kecanduan gadget, dan lebih sayang pada gadget daripada orangtuanya.
"Sudah banyak kasus seperti ini di Indonesia, anak-anak kecil lebih memilih gadget, dan tumbuh menjadi anak yang nakal karena tidak dapat perhatian orangtuanya," tambahnya.
Dalam penelitian secara terpisah, terlihat bahwa gadget
memberikan respons langsung terhadap tuntutan perhatian dari anak dalam
bentuk suara-suara yang meriah. Anak-anak sangat menyukai suara-suara
ini, sehingga ketika sedang tak terbuhung dengan gadget
mereka akan mencari "suara-suara" tersebut dari sumber lainnya.
Orangtua juga akan memberikan respons dalam bentuk suara ketika
anak-anak berbuat nakal, dan respons inilah yang diharapkan anak,
karena membuat mereka merasa diperhatikan orangtuanya.
Sumber: Kompas
Artikel lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar